LAPORAN PENDAHULUAN
IMUNISASI CAMPAK
Memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak
Oleh
Tika Permatasari Saputi
POLTEKKES KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR
Oktober 2013
LAPORAN PENDAHULUAN
IMUNISASI
CAMPAK
I.
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Campak
menurut Anies (21:1997) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang umum
terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh
jenis virus yang sangat menular dan berpindah dari satu anak ke anak yang lain
dalam waktu singkat.
Sedangkan
menurut Rampengan dan Laurentz (90:1997) campak atau morbili ialah penyakit
infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium
inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi.
Dan
menurut Maryunani (129:2010) mengemukakan beberapa pengertian dari imunisasi
campak, antara lain :
1. Imunisasi
campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
2. Imunisasi
campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak (morbili/measles). (Kandungan vaksin campak ini adalah
virus yang dilemahkan).
3. Sebenarnya,
bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya
usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan
lewat pemberian vaksin campak. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur
hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena
lagi.
2. Etiologi
Penyebab
penyakit ini menurut Rampengan dan Laurentz (90:1997) adalah sejenis virus yang
tergolong dalam famili Paramyxovirus yaitu jenis genus virus morbili.
Virus
ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada
suhu 30°C dan -20°C, sinar ultraviolet, eter, tripsin
dan betapropiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi
tidak mengganggu aktivitas komplemen. Penyakit ini dapat disebarkan melalui
udara.
3. Patofisiologi
Menurut
Rampengan dan Laurentz (1997)
morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patologis yang khas. Pada stadium
prodromal terdapat hyperplasia, jaringan limfe pada tonsil, adenoid, kelenjar
limfe, lien, dan appendiks.
Gambaran
patologis yang karakteristik ialah distribusi yang luas dari multinucleated
giant cells akibat dari fusi sel-sel.
Sebagai
reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini
terjadi pada kulit, selaput lendir nasofarings, bronkus dan konjungtiva.
4. Tanda
dan Gejala
Menurut
Cave (169:2003) sekitar empat hari sebelum dan sampai enam hari sesudah gejala
muncul, seseorang yang terjangkit campak akan menular. Gejala pertama yang
muncul adalah batuk kering, letih, sakit tenggorok, hidung berair,
konjungtivitis (merah dan peradangan pada bagian dalam kelopak mata), dan
demam. Konjungtivitis bisa disertai keluarnya lendir atau kerak. Bagian
belakang tenggorok sering kali sangat merah dan lidah serta tonsil diselaputi
selaput kuning. Sekitar empat hari sesudah gejala ini muncul, mulai timbul
bintil ruam yang merah, biasanya pada leher dan wajah. Secara bertahap ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan, dan tungkai dalam beberapa hari berikutnya
sementara ruam dari wajah memudar. Kadang-kadang bintilnya membentuk area
kumpulan bintil yang luas.
Gambaran
klinis menurut Rampengan dan Laurentz (92:1997) penyakit ini merupakan salah
satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3 stadium, yaitu :
1. Stadium
inkubasi, 10-12 hari, tanpa gejala.
2. Stadium
prodromal, dengan gejala-gejala panas sampai sedang, coryza, batuk,
konjungtivitis, fotofobia, anoreksia, malaise, dan Koplik’s spot pada mukosa
buccalis.
3. Stadium
erupsi, dengan adanya rash makulopapous pada seluruh tubuh dan panas tinggi.
4. Stadium konvalensi atau penyembuhan. Ruam
menghilang dengan meninggalkan bekas campak – kulit berwarna ungu-kecoklatan.
Deskuamasi ringan. Ringan, timbul bila anak mempunyai risiko dan sebelumya
sudah mendapat imunisasi. Berat, timbul pada bayi, anak yang lemah dan pada
populasi yang sebelumnya tidak terinfeksi (murni).
Rampengan
dan Laurentz (1997)
mengemukakan bahwa setelah masa inkubasi mulai timbul gejala-gejala panas dan
malaise. Dalam 24 jam timbul coryza, konjungtivitis dan batuk. Gejala-gejala
ini bertambah hebat secara bertahap dan mencapai puncaknya pada saat timbulnya
erupsi pada hari keempat. Kira-kira 2 hari sebelum timbul rash, terlihat
Koplik’s spot di mukosa buccalis pada sisi yang berlawanan dengan gigi molar.
Panas dan Koplik’s spot menghilang pada hari kedua timbulnya rash. Coryza dan
konjungtivitis menghilang pada hari ketiga rash. Lamanya eksantema menghilang
jarang melebihi 5-6 hari.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
Medis
Menurut
Rampengan dan Laurentz (1997)
morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya
bersifat simptomatis yaitu :
·
Memperbaiki keadaan umum
·
Antipiretika bila suhu tinggi
·
Sedativum
·
Obat batuk
Antibiotika
diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder.
Kortikosteroid
dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami
ensefalitis yaitu :
·
Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4
hari.
·
Prednison 2 mg/kg.bb/hari untuk jangka
waktu 1 minggu.
Menurut
Wong (663:2003) penderita campak diberi suplemen vitamin A. Tirah baring selama
periode demam, antipiretik, antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder
pada anak risiko tinggi.
b. Penatalaksanaan
Keperawatan
Anies
(21:1997) mengemukakan bahwa beberapa hal penting dalam perawatan penyakit
campak pada anak-anak anatar lain : istirahat di tempat tidur, memperhatikan
makanan dan minumannya, perawatan mata dan hidung.
Serangan
penyakit ini dapat diperpendek dengan banyak beristirahat selama beberapa hari
di tempat tidur, terutama bila serangan penyakit cukup hebat, artinya
bintik-bintik sangat merah dan suhu badan tinggi.
Menurut
Wong (663:2003) pertimbangan perawatan pada penderita campak adalah :
1. isolasi
sampai ruam hari ke-5, bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernapasan.
2. Pertahankan
tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
3. Perawatan
mata, beri cahaya redup bila terjadi fotofobia, bersihkan kelopak mata dengan
larutan salin hangat untuk menghilangkan sekres, jaga anak tidak menggosok
mata.
4. Batuk,
lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum, anjurkan untuk
mengonsumsi cairan dan makanan yang halus dan lembut.
5. Perawatan
kulit, jaga agar kulit tetap bersih, gunakan mandi air hangat bila perlu.
6. Pencegahan
Pencegahan campak adalah dengan pemberian
vaksin campak. Saat ini ada dua jenis :
1. Vaksin
yang berasal dari virus campak yang dilemahkan. Lebih lanjut dapat dimodifikasi
dengan pemberian globulin anti-campak. Akibatnya dapat menimbulkan serangan
campak, meskipun ringan. Lebih sering tidak.
2. Antiserum
khusus campak atau gammaglobulin, yang seringkali diberikan untuk mencegah
serangan csmpak pada individu yang rentan.
Rampengan
dan Laurentz (98:1993) menyatakan bahwa morbili dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
a. Imunisasi
Aktif
Vaksin
yang diberikan ialah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan
strain Edmonson B, tetapi ‘strain’ ini dapat menimbulkan panas tinggi dan
eksanthem pada hari ketujuh-kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin
ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin dilengan lain.
Vaksin
ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak di
bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan baik, karena
gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Menurut
Maryunani (219:2010) imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan
dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun diusia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia
balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak, maka
pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek
samping menurut Rampengan dan Laurentz (98:1993) adalah sebagai berikut :
1. Hiperpireksia
(5-51%)
2. Gejala
infeksi saluran pernapasan atas (10-20%)
3. Morbili
form rash (3-15%)
4. Kejang
demam (0,2%)
5. Ensefalitis
(1 antara 1,16 juta anak)
6. Demam
(13,95%)
Maryunani
(219:2010) mengemukakan bahwa kontra-indikasi pemberian imunisasi campak adalah
anak :
·
Dengan penyakit infeksi akut yang disertai
demam.
·
Dengan penyakit gangguan kekebalan.
·
Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan.
·
Dengan kekurangan gizi berat.
·
Dengan penyakit keganasan.
·
Dengan kerentanan tinggi terhadap
protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik).
b. Imunisasi
Pasif
Tidak
banyak dianjurkan, karena risiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi
tuberkulose.
Menurut
Newell (234:2003) dalam menentukan jadwal imunisasi, dibutuhkan dua
pertimbangan dasar :
·
Kemungkinan anak mendapat penyakit
tersebut, kematian atau kecacatan yang mungkin ditimbulkan penyakit tersebut,
serta bahaya dan efektivitas prosedur imunisasi. Semakin sering ditemukan dan
semakin berbahaya penyakitnya, serta semakin aman imunisasinya, maka semakin
besar kebutuhan imunisasi.
·
Pada usia berapa anak dapat memberi respon
terhadap vaksin yang diberikan.
7. Komplikasi
Cave
(172:2003) menyatakan sekitar 6-8 persen yang mendapat penyakit campak, juga
mendapat pneumonia, infeksi telinga, atau diare. Pada kasus yang jarang terjadi
(satu dari seribu kasus), virus campak mengenai otak dan menyebabkan peradangan
(ensefalitis). Gejala ensefalitis biasanya termasuk kejang, bingung, dan
kadang-kadang koma.
Menurut
Rampengan dan Laurentz (1997)
komplikasi dari campak adalah sebagai berikut :
·
Pneumoni
·
Gastroenteritis
·
Esefalitis
·
Otitis Media
·
Mastoiditis
·
Gangguan Gizi
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan.
Menurut
Allen (1994) tujuan dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi
dan membuat data dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem pemberian
perawatan kesehatan.
Adapun
yang perlu dikaji pada klien dengan penyakit campak adalah :
a. Identitas
Klien, meliputi :
·
Biodata pasien penyakit campak meliputi
nama lengkap penderita. Karena pasien pada bayi maka anamnesa dari ibu bapak
pasien.
·
Yang dikaji selanjutnya adalah faktor
usia.
·
Tanggal/jam lahir digunakan untuk
mengetahui kapan bayi tersebut lahir/umur.
·
Jenis kelamin, untuk mengetahui jenis
kelamin tersebut.
·
Berat badan bayi tersebut.
·
Panjang badan bayi.
·
Nama Ibu/Ayah : untuk identifikasi bayi/pasien.
·
Umur Ibu/Ayah : untuk identifikasi bayi/pasien.
·
Pendidikan yang perlu dikaji adalah
pendidikan ibu dan ayah pasien untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, hal
ini berhubungan erat dengan rencana dalam memberikan penjelasan tentang keadaan
penyakitnya sehingga mudah diterima dan dimengerti.
·
Alamat perlu dikaji untuk mengetahui
kondisi tempat tinggal klien.
·
Agama untuk mengetahui adanya suatu
budaya tertentu yang dianut.
·
Pekerjaan seperti halnya dengan
pendidikan, yang perlu dikaji adalah pekerjaan orang tua dari pasien, untuk
mengetahui status social ekonomi dan pendapatan.
b. Riwayat
Kesehatan
§ Keluhan
Utama
Keluhan
utama merupakan suatu keadaan dimana seorang klien terdorong untuk ke unit
pelayanan kesehatan untuk dirawat. Keluhan utama ini sangat penting untuk
menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Keluhan
utama pada klien campak adalah timbul gejala-gejala panas, malaise, coryza,
konjungtivitis dan batuk.
§ Riwayat
Penyakit Sekarang
Merupakan
uraian tentang bagaimana klien sampai masuk rumah sakit, klien dengan campak
mula-mulanya badannya panas tinggi.
§ Riwayat
Penyakit Kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama
kehamilan.
§ Riwayat
Sakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat sakit yang pernah diderita oleh
klien tersebut.
§ Riwayat
Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji adalah mengenai keturunan anggota
keluarga yang menderita suatu penyakit kronis atau menular.
c. Pola
Aktivitas sehari-hari
Merupakan kebiasaan klien meliputi : pola makan atau
minum, pola eliminasi baik BAK maupun BAB, pola istirahat tidur, personal
hygieen dan kegiatan serta aktivitas lainnya.
d. Pemeriksaan
Merupakan keadaan umum klien, suhu, pernapasan, nadi,
berat badan sekarang dan antropometri.
e. Pemeriksaan
fisik secara sistematik
Merupakan pemeriksaan yang kompleks dari kepala sampai
ujung kaki dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
f. Pemeriksaan
penunjang
Merupakan
pemeriksaan pendukung, seperti : hasil laboratorium, dan sebagainya.
2. Analisa
Data
Setelah data terkumpul,
selanjutnya dilakukan analisa data yang merupakan proses intelektual yang
meliputi kegiatan menstabilkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat
pola data, membandingkan dengan standart, menginterprestasikan dan akhirnya membuat
kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan.
3. Diagnosa
Keperawatan
Menurut Hidayat (122:2006) diagnosis atau masalah
keperawatan yang terjadi pada anak dengan morbili adalah sebagai berikut :
1.
Hipertermia.
2.
Kurang nutrisi
(kurang dari kebutuhan).
3.
Risiko cedera.
Adapun diagnosa keperawatan
pada klien morbili adalah :
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3.
Risiko cedera berhubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh.
4. Rencana
Keperawatan / Intervensi
·
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
1. Tujuan
Terjadinya hipertermia pada anak dengan morbili ini dapat disebabkan oleh
adanya reaksi virus, yang masuk ke dalam tubuh. Untuk mengatasinya adalah
dengan tujuan mempertahankan kondisi suhu tubuh dalam batas normal dengan cara
menurunkannya.
2. Kriteria Waktu
Batasan selama pemberian asuhan keperawatan.
3. Kriteria
Keberhasilan
Suhu pasien kembali normal
4. Tindakan
Keperawatan
1.
Monitor
perubahan suhu tubuh, denyutan nadi.
2.
Lakukan
tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seperti lakukan kompres, berikan
pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan.
3.
Berikan
antipiretik dan antibiotik sesuai dengan ketentuan.
4.
Libatkan
keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi
perubahan suhu tubuh.
5. Rasional
Rasionalnya untuk membantu
menurunkan suhu tubuh pada pasien.
·
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan
1. Tujuan
Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan adanya asupan yang tidak adekuat
oleh karena menurunnya nafsu makan akibat proses patologis, maka tujuan
keperawatannya diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada anak.
2. Kriteria Waktu
Batasan selama pemberian asuhan keperawatan.
3. Kriteria
Keberhasilan
Timbulnya nafsu makan dan terpenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
4. Tindakan
Keperawatan
1.
Berikan diet TKTP
atau nutrisi yang adekuat.
2.
Berikan sari
buah yang banyak megandung air.
3.
Berikan susu
atau makanan dalam keadaan hangat.
4.
Berikan makan
mulai dari sedikit tetapi sering hingga jumlah asupan terpenuhi.
5.
Berikan
nutrisi dalam bentuk makanan lunak untuk membantu nafsu makan.
6.
Monitorlah
perubahan berat badan, adanya bising usus dan status gizi.
5. Rasional
Rasionalnya untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu
tubuh dan merangsang nafsu makan.
·
Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
1. Tujuan
Tujuan dari rencana keperawatan adalah
mencegah adanya penyebaran kuman (komplikasi) serta penularan pada orang
lain.
2. Kriteria Waktu
Batasan selama pemberian asuhan keperawatan.
3. Kriteria
Keberhasilan
Daya tahan tubuh pasien kembali normal.
4. Tindakan
Keperawatan
1.
Lakukan
perawatan secara aseptik.
2.
Lakukan
perawatan pada daerah kulit secara aseptik.
3.
Atur posisi
tempat tidur dengan tinggi daerah kepala.
4.
Monitor adanya
tanda komplikasi.
5.
Berikan posisi
yang bergantian miring ke kanan dan ke kiri.
6.
Berikan antibiotik
sesuai dengan ketentuan.
7.
Libatkan
keluarga dalam perawatan dan ajari cara melakukan secara aseptik.
5. Rasional
Untuk merangsang pertahanan tubuh atau daya tahan
tubuh.
DAFTAR RUJUKAN
Allen, C.V. 1994. Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan. Jakarta:
EGC.
Anies. 1997. Mengatasi
Gangguan Kesehatan pada Anak-Anak. Jakarta: PT Alex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Cave, S. 2003.
Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hidayat, A. A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Newell, S.J. 2003. Pediatrika Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Rampengan, T.H dan Laurentz, I.R. 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta: EGC.
Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Sip
BalasHapusuntuk bahan lp saya,terima kasih banyak
BalasHapusuntuk bahan lp saya,terima kasih banyak
BalasHapus
BalasHapuswebsite bagus. Butuh motor hubungi kami. Jika mas mau beli motor baru dan tinggal di area Tulungagung,Kediri dan Trenggalek. Bisa wa kami 085 872 760 350