Translate

Kamis, 29 Januari 2015

lokmin (Loka Karya Mini) PSLU Tulungagung



LEMBAR PENGESAHAN

            Laporan Asuhan Keperawatan Kelompok Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Blitar di Tulungagung pada tanggal 1-21 September 2014 telah diperiksa dan dikoreksi pada tanggal ..............................................................






Mengetahui,


Kepala Seksi
Bimbingan dan Pembinaan Lanjut Usia
PSLU Blitar di Tulungagung




Sunu Pantjadharmo,Aks,Msi
NIP. 19661104 1992011 001









Pembimbing Institusi





Suratin Pudji Handoko S.pd

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.    Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
2.    Imam Subekti , S.Kp.,M.kep.,S.Kom., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3.    Sri Winarni, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan Blitar Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
4.    Sunu Pantjadharmo, Aks,Msi selaku  Kepala Seksin Bimbingan dan Pembinaan Lanjut Usia PSLU Blitar di Tulungagung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini.
5.    Bapak dan ibu petugas PSLU yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun spiritual.
6.    Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini. Semoga Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini akan bermanfaat bagi semua pihak.
                   

Blitar, 2 September 2014
                                                                                                       

                                                                                                Penulis


BAB i
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun social.
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan kondisi diatas kami mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan Kampus III Angkatan tahun 2014 yang bertugas di Wisma Melati dalam rangka praktik klinik keperawatan Gerontik ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia secara langsung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.2  Tujuan Kegiatan
1.2.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut usia dalam kehidupan Panti secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.
1.2.2        Tujuan Khusus
·         Mampu melakukan pengkajian pada lansia
·         Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia
·         Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan
·         Melakukan tindakan keperawatan pada lansia
·         Mampu melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan.
1.3 Manfaat Kegiatan
1.2.3        Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok gerontik yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.2.4        Bagi lansia.
a.       Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b.      Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.
c.       Lansia mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.

1.2.5        Bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
a.       Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia.
b.      Mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif pemecahannya.
1.2.6        Bagi institusi pendidikan.
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan Panti.

1.3  Sistematika laporan
1.3.1        Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
1.      Bab 1 pendahuluan memuat : latar belakang, tujuan kegiatan, dan sistematika laporan
2.      Bab 2 konsep teori memuat : konsep lansia dan asuhan keperawatan
3.      Bab 3 asuhan keperawatan gerontik memuat : pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.      Bab 4 penutup  memuat kesimpulan dan saran.









BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1              PantiSosialLanjutUsia (PSLU)
2.1.1        PengertianPantiSosialLanjutUsia (PSLU)
Panti Sosial Lanjut Usia (PSLU) merupakan salah satu pelayanan sosial yang ditujukan untuk membantu lanjut usia dalam memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya (Permensos Nomor 19 tahun 2012). Pelayan Sosial Lanjut Usia dapat dilaksanakan didalam panti dengan sistem pengasramaan dan diluar panti dengan sistem keluarga atau masyarakat dan tidak menggunakan sistem pengasramaan. PSLU adalah tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Dimana beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah baik pihak swasta. Dan ini sudah merupakan kewajiban Negara untuk menjaga dan memelihara setiap warga negaranya sebagaimana tercantum dalam UU No. 12 Tahun 1996 (Direktorat Jendral Departemen Hukum dan HAM.
UPT PSLU (Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan sosial bagi para lanjut usia yang terlantar sehingga dihari tuanya akan tercipta suasana hidup dengan ketentraman lahir dan batin.
2.1.2        SistemPelayanan
SistemPelayanan di UPT PelayananSosialLanjutUsiaBlitardiberikandalambentukPelayanandanRehabilitasiSosial.Bentukpelayananmeliputi:
a)                Pemenuhankebutuhanfisik
pelayanankesehatanmeliputipenyediaantenagadokteratauperawat, fisioterapi, penyediaan menu makanantambahansesuaidengankalori yang dibutuhkan, kliniklanjutusia, kebugaran, kerjabakti, pakaian, saranadanprasaranahidupsehari-hari (peralatanmandi, tidur, sholat)
b)               Pemenuhankebutuhan mental
Kebutuhan mental spiritual adalah: kebutuhan yang diberikan kepada lansia yang dapat memberikan semangat dan dorongan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menumbuhkan rasa percaya diri bahwa lansia tetap dibutuhkan oleh keluarga/masyarakat, memberikan semangat bahwa potensi yang ada dalam dirinya dapat digunakan bagi orang lain.
c)                Pemenuhankebutuhan social
Contoh pemenuhan kebutuhan sosial seperti konsultasisosial, terapisosial, konselingperorangan, bimbingankelompok, pelayananrekreasi,bimbinganketrampilanmerawat orang sakitataumeninggal (termasukcaramemandikanjenasah).
d)               Kegiatanketerampilanuntukmengisiwaktuluang

2.2  KonsepMenua
MenurutUndang-Undang No. 13 Tahun 1998 LanjutUsiaadalahseseorang yang telahmencapaiusia 60 (enampuluh) tahunkeatas. Banyak teori yang medasari proses menua, antara lain :
a)      TeoriBiologis
1)      TeoriGenetikdanMutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
2)      PemakaiandanRusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
3)      Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4)      Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan  lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah  dipakai.
5)      Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

b)     TeoriSosial
1)      TeoriAktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2)      TeoriPembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni:
Ø  Kehilanganperan
Ø  Hambatankontrolsosial
Ø  Berkurangnyakomitmen
Ø  TeoriKesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
-        Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
-        Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
-        Lansiadimungkinkanuntukmemilihberbagaicaraadaptasi.
c)      TeoriPsikologi
1)     TeoriKebutuhanManusiamenurutHirarki Maslow
                 Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
2)     Teori Individual Jung
                 Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar  atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
2.3  PerubahanPerubahan Yang TerjadiPada Lansia
a)                  Perubahan fisik
1)    Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
2)    Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
3)    Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
4)    Sistem Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.
5)    Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
6)    Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
7)    Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75% doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.
8)    Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
9)    Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
10)  Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban  bergerak.
11)  Ototkramdan tremor.

b)     Perubahan Mental
1)      Faktor-faktor yang mempengaruhiperubahan mental adalah :
a.       Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b.      Kehatan umum
c.       Tingkat pendidikan
d.      Keturunan
e.       Lingkungan
2)      Kenangan (memori) ada 2 :
a.       kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b.      kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
3)      Intelegentia Quote :
a.       Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal
b.      Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

c)      PerubahanPsikososial
1)   Pensiun : nilaiseorangdukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
2)   Merasakanatausadarakankematian
3)   Perubahandalamcarahidup, yaitumemasukirumah perawatan bergerak lebih sempit.
2.4 Masalah masalah yang sering terjadi pada Lanjut usia
a).  Masalah gizi
1)  Gizi Berlebihan
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.
2)  Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.
3)  Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.

b).  Resiko cedera (Jatuh)
Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha atau pergelangan tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri dan immobilisasi dengan segala akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat diidentifikasi serta tak sedikit hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak terjadi / tak terulang.
1)   Faktor Resiko Internal
Gangguan penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga, obat golongan Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra cervikal, gangguan aliran darah otak, artritis, lemah otot tungkai, hipotensi postural, pnemoni, penyakit sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).
2)   Faktor Resiko Eksternal
Turun tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin, kain atau celana terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi atau terlalu rendah, kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang, tempat kaki kursi roda, WC jauh dari kamar, WC terlalu rendah.
3)   Tindakan
ü  Identifikasi faktor resiko
ü  Perhatikan kelainan cara berjalan/duduk
ü  Romberg test
ü  Uji keseimbangan sederhana
ü  Berkurangnya lebar langkah
ü  Modifikasi  faktor resiko internal.
c.       Delirium
Salah satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakit tidak khas sesuai dengan organ/ sistem organ yang sakit. Seringkali suatu penyakit siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran walaupun sistem saraf pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit susunan saraf pusat juga tetap dapat muncul dalam bentuk gangguan kesadaran. Dengan demikian maka perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan – kelainan sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi berat.
Penyebab: Stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia, hipoksia dan putus obat.
Gejala: Kurang perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif, hiperaktif.
Sikap:
-       Sakit kepala / pusing dikaji dengan cermat.
-       Perhatikan keluahan penglihatan
-       Atasi batuk pilek meriang secepatnya
Rencana tindak lanjut: Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan berkemih, nafsu makan berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin, pingsan sesaat.

d.   Immobilisasi
Immobilisasi atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan atrofi otot, dekubitus dan malnutrisi serta pneumonia. Faktor resiko : Osteoartritis, fraktur, DC, stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroidi, gangguan penglihatan, hipotensi postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan sesak nafas.
e.   Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.
Secara nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1.   Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan  atau tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
2.   Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 190 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.






























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1  DATA UMUM:
Identitas Panti Werda:
a.       Nama         : UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar  di    Tulungagung
b.      Alamat/kode pos               : Jl. Panglima Jenderal Sudirman V/43 Kenayan
                                                              Tulungagung/66212
c.       Telepon                             : (0355) 331083
d.      Pembimbing wisma           :Bpk. Sunu  P Aks, Msi
e.       Instansi                              : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

3.2  DATA INTI
Sejarah Berdirinya Panti Werda
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan tempat yang melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dibidang penyantunan, rehabilitasi, bantuan, pengembangan dan resosialisasi. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung didirikan pada 1 Oktober 1938 bersifat sebagai pennampung sosial (gelandangan dan pengemis, wanita tuna susila, orang terlantar) yang mana pada waktu itu bangunan belum permanen dan terbuat dari anyaman bambu.
Pada tahun 1984 sampai sekarang pelayanan lebih difokuskan lagi pada lansia terlantar, sedangkan pada tahun 1987 diadakan penataan panti dan perubahan menjadi Panti Werda Waluyo Husodo. Pada tahun 2002 dengan adanya otonomi daerah, ditindak lanjuti dengan keputusan gubernur No.51 tahun 2003 tentang fungsi dan tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Sosial (UPS) ada dibawah naungan PSTW Wlingi Blitar. Dan dengan adanya PERGUB No.119 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Unit Pelaksan Teknis Sosial Propinsi Jawa Timur. Maka pada tahun 2009 berubah lagi menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar. Dan  di Tulungagung merupakan seksi bimbingan dan pembinaan lanjut dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
Sebagai pencerminan dari UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan pasal 34, maka warga Negara yang sudah lanjut usia juga berhak mendapatkan pengayoman dari pemerintah yang diwujutkan melalui pelayanan lanjut usia/ jompo yang di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
3.3  Data Demografi
-        Jumlah anggota : 80 orang lansia
-        Jumlah pegawai di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung ada 24 yang terdiri dari :
1.      Kepala seksi              : 1 orang
2.      Staf panti                  : 15 orang
3.      Juru masak                : 2 orang
4.      SAT-POL PP                        : 3 orang
5.      Pembimbing              : 1 orang
6.      Pesuruh                     : 1 orang
7.      Tukang kebun           : 1 orang
-      Luas tanah/status             : 9.170 m2
-      Luas bangunan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
1.      Total                            : 2.083,85 m²
2.      Kantor                         : 78 m²
3.      Ruang aula                  : 320,85 m²
4.      Mushola                      : 49 m²
5.      Wisma                         : 1.476 m²
6.      Dapur                          : 104 m²
7.      Rumah dinas               : 56 m²
8.      PosKeamanan             : 12 m2
9.      Rumah Diesel              : 12 m2
10.  Parkir                           : 30 m2
3.4  Data Sub Sistem
1.      LingkunganFisik
a.       Saranaperumahan: WismaMelati, luasnya sekitar ... m2 denganlantaikeramik. Penerangan di ruangan tersebut cukup, ventilasisangatmemadai, kebersihanruangancukupbersih.
b.      Pekarangan: Di sekitarWisma Melati, terdapat taman yang sudahdapattertatadenganbaik.
c.       Saranasumber air bersih: Sarana sumber air bersih di Wisma Melati memadai, terdapat beberapa kran air yang mengalir air bersihuntukcucitangandanmencucipiring.
d.      Saranapembuangansampah: Di Wisma Melati, ada 5 tempat sampah yang masing-masing tersebar di Wisma Melati. Seluruh sampah yang terkumpul akan dibuang di tempat pembuanganakhir di ujungpekarangansebelahutara.
e.       Saranapembuangankotoranmanusia:  Klien yang ingin BAB dapat menuju WC yang berada dibagian tengah Wisma Melati sehingga memudahkan lansia yang tempat tidurnyaberada di bagianutaramaupunselatan.
f.       Saranamandi: Kamarmandi sebanyak 4 buah dan 4 WC yang berada dibagiantengahruanganMelatisehinggamemudahkanlansia yang tempat tidurnyaberada di bagianutaramaupunselatan.Lantaimenujukamarmandimenggunakankeramiksehinggakadangmembuatlansiajatuh.
2.      PelayananKegiatandanSosial
a.       Jumlahpetugas       : 4 orang
b.      Pengalamanpetugasmengikutipelatihan kesehatan
Pernah      : 4 orang
Belum       : 0 orang
Jenispelatihan       : Cek GDA, Kolestrol, Asam urat dan tekanan darah
c.       Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
3.      Transportasi, keamanan, dankeselamatan
a.       Saranajalandantransportasi di lingkungankelompoklansia
           Saranajalan di wismamelati, yaituadawalker, kruk, kursiroda, ‘teken’, danpegangandaripipa yang adasepanjangjalan di luarwisma.Namun masih ada tempat-tempat yang belum ada pegangannya seperti tempat menuju aula, mushola, dan juga menuju dapur.Paralansiabebasuntukkeluarmasukke UPT PSLU Blitar di Tulungagungdenganizinkepetugas. Transportasi yang biasanyadigunakanlansiasaatkeluar PSLU adalahbecak atau sepeda pancal.
4.      Keamananlingkungan
Untuksecurityatau SAT-POL-PP ada 3 orang untukmenjaga 5 wismasekaligustetapi di shifpagi, siang, danmalam.Petugas di wismaada 3 orang dansemuamasukpagiharidengan jam dinasdari jam 07.00-15.00 untuk hari senin-kamis dan jumat mulai jam 07.00-14.30, sedangkan hari sabtu dan minggu libur, selanjutnya yang akanmenjagaadalah SAT-POL-PP.
5.      Keselamatan
Penggunaanalatbantu di wismamelati, yaitukruk, walker, kursiroda, ‘teken’, danpegangandaripipadisepanjangjalan di luarwisma.

Struktur organisasi UPT Panti Sosial Lanjut Usia (PSLU) Blitar
Kepala
UPT PSLU Blitar
Suprianto, S.Sos., MM.

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KASUBAG TU
Farida Hikmawati, Aks, MAP

KASI PELAYANAN SOSIAL
Drs. Yantosa

KASI BINJUT
Sunu Patjadharmo, AKS., Msi.

 















Program-program UPT Panti Sosial Lanjut Usia (PSLU) Blitar di Tulungagung
1.      PemenuhanKebutuhanFisik
-        Makan dan minum 3x/hari
-        Penyediaan sandang
-        Senam yang dilaksanakan setiap hari senin, rabu, dan jum’at.
2.      PemenuhanKebutuhan Mental
-        Motivasi,  bimbingan agama islam pada hari rabu, dan bimbingan nasrani hari jum’at.
o   Pemenuhan Kebutuhan Sosial
-        Bimbingan sosial
o   Kegiatanketerampilansetiaphari selasa
-        Membuat keterampilan sapu ijuk, sapu lidi, kemucing, dan keset.

3.      Sistempendanaanpanti
SistempendanaanpantisosiallanjutusisBlitar di TulungagungAPBD berasaldaripemerintahprovinsijawatimur, karena UPT PSLU Blitar di Tulungagungmilikpemerintahprovinsi.
4.      Komunikasi
Saranakomunikasi yang digunakanpenghuniasrama yang digunakanadalahhand phone (HP) dan telephone serta Fax yang ada di kantor.Penyebaraninformasikegiatankelompoksudahterjadwaldariseninsampaijumat.Puskesmassetiapminggusekalidatangpadaharirabuolehtenagamedis.Kelurahandankecamatanmerupakansalahsatusumberdalampengambilanpesertaasrama di PSLU Blitar di Tulungagung, sehinggalansia yang ada di PLSU Blitar di Tulungagungadagangguandalammasalahsosial.
5.      Ekonomi
Status pekerjaananggotakelompoklansiamayoritastidakada yang bekerja, lansiamemperolehasupandanadarianggotakeluargaatau orang yang peduliterhadaplansia yang tinggal di PSLU. Saranaekonomi yang tersedia di masyarakatadalahpenjualkuekeliling, lansiabisakeluarmasukbebasdenganizinkepetugas yang jaga.
6.      Rekreasi
Saranarekreasi yang ada di wismamelati, yaitumenontontelevisi, setiapsetahunsekaliadapertunjukandarigerejatarian, danadatanggapantopengmonyet.tidak ada anggaran untuk rekreasi.












Pengkajian
1.      IdentitasUmum
Gambar 1.1 JenisKelaminLansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Seluruhlansia di wismaMelatiberjeniskelaminperempuan



Gambar 1.2 UmurLansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 45% termasukdalamkategorilanjutusia, 55% kategorilanjutusiatua

Gambar 1.3 Prosentase lama tinggaldiWismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 16 % lansiatinggalkurangdari 1 tahun, 55% selama 1-5 tahun, dan 28% lebihdari 5 tahun.

2.      RiwayatKesehatan
Gambar 2.1 Prosentasekeluhanlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 17% (3)lansiamengatakantidakadakeluhan, 6%(1) mengeluhpusing, 11%(2) mengeluhmatakabur, 6% (1) konstipasi, 33% (6) nyerisendi, gatal 11% (2), nyeriperut 11%(2), sesak 6% (1)

Gambar 2.2 Prosentasepenyakitsaatinilansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 33% lansiamenderitahipertensi, 11% tidakmemilikipenyakitapapun, 28% asamurat, 5% menderitagatal, 6% stroke, dan 28% katarak.

3.      Fisiologis
Gambar 3.1 Prosentasegangguan BAK lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 73% lansiatidakmengalamigangguan BAK dan 27% mengalamiinkontinensia urine.

Gambar 3.2 ProsenteFrekuensi BAB lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 22% mengatakan BAB tidakteratur, 45% 1 kali sehari, dan 33% 2 kali sehari.

Gambar 3.3 ProsentaseGangguan BAB lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 78% lansiatidakmengalamigangguan BAB, 17% mengalamikonstipasidan 5% mengalamidiare.

Gambar 3.4 Frekuensimakanlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Seluruhlansiamakan 3 kali sehari


Gambar 3.5 Prosentasejumlahmakanlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 72% makansetengahporsidan 28% makan 1 porsi

Gambar 3.6 Prosentasemakan snack lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 78% lansiamenikmati snack dan 28% tidak snack


Gambar 3.7 Prosentasefrekuensiminumlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 17% lansiaminum>8 gelasdan 83% <8 gelas

Gambar 3.8 Prosentasejenisminumlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 67% lansialebihseringmengkonsumsiteh, dan 33% mengkonsumsi air putih.


Gambar 3.9 Prosentasegangguanpendengaranlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: Sebanyak 72% lansiatidakmengalamipenurunanpendengarandan 28% mengalamipenurunanpendengaran

Gambar 3.10 Prosentasegangguanpenglihatanlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan: :Sebanyak 72% lansiatidakmengalamipenurunanpenglihatandan 28% mengalamipenurunanpenglihatan

4.Status Mental dan Psikososial
Gambar  4.1 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatkerusakanintelektual.
Dari diagram diketahui 89% (16) lansia memilikitingkatintelektualutuh, 11% (2) lansiamemilikitingkatkerusakanintelektualsedang (n: 18 lansia)

Gambar 4.2  Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan aspekkognitif.
Dari diagram diketahui 39% (7) lansia memilikigangguankognitif sedang,33% (6) memilikigangguankognitifberat, 28% (5) lansiatidakmemilikigangguankognitif
(n: 18 lansia)
Gambar  4.3Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatemosional.
Dari diagram diketahui 21% (4) lansia memilikigangguanemosional, 79% (14) lansiatidakmemilikigangguanemosional
(n: 18 lansia)
Gambar  4.4 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatkecemasan.
Dari diagram diketahui 78% (14) lansia memiliki level minimal kecemasan, 17% (3) lansiamemilikigangguankecemasanringan, kecemasansedang 6% (1).
(n: 18 lansia)

Gambar  4.5 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatdepresi.
Dari diagram diketahui 100% (18) lansiatidakterindikasidepresi
(n: 18 lansia)



4.      Perilakukesehatan

Gambar  5.1 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatperilakukesehatan.
Dari diagram diketahui 89% (16) lansia kebiasaanminumteh, 11% (2)  lansiamemilikikebiasaanminum air putih
(n: 18 lansia)
     6.  Kegiatan spiritual

      Gambar  6.1 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kegitan spiritual.
Dari diagram diketahui 17% (3) lansia rutinshalat 5 waktu, 56% (10) lansiarutinberdoa, 28% (5) lansiatidakberibadah (shalat 5 waktu/berdoa)
(n: 18 lansia)






  7.  Interaksi sosial
Gambar  7.1 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatinteraksisosial.
Dari diagram diketahui 10% (2) lansiamemilikiinteraksisosialkurang, 90% (16)lansiamemilikiinteraksi social baik
(n: 18 lansia)

8.                                  Pengetahuankesehatan (pengertian, penyebab, danpencegahan)
Gambar  8.1 Diagram  distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatpengetahuankesehatan.
Dari diagram diketahui 100% (18) lansia tidakmengetahuitentangpengetahuankesehatan.
(n: 18 lansia)































ANALISA DATA

No
Data fokus
Masalah
Etiologi
1.










2.














DS:
·      Dari 18 lansia yang tinggal di wisma melati 6 lansia mengatakan mengalami nyeri pada punggung , sendi dan juga kakinya karena terjatuh
DO:
·      Lansia tampak menyeringai kesakitan dan memegani bagian yang sakit

DS:
Seluruh lansia di wisma melati mengatakan tidak tahu saat ditanya tentang nama, penyebab dan pencegahan penyakitnya.

DO:
Lansia tampak bingung saat ditanya oleh perawat tentang penyakitnya
Gangguan rasa nyaman nyeri






Kurang pengetahuan


Proses menua






Kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.








INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri b/d proses menua
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Menyatakan nyeri hilang, klien merasa nyaman dan dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Intervensi :
1.      Mencegah terjadinya nyeri:
      IMA à tidak boleh stress, kerja berat
      Back pain à Teknik mengangkat benda yang benar
      Konstipasi à segera dieliminasi
2.      Stimulasi kulit
      Tujuan:
·         Mengaktivasi A fiber, mencegah/menurunkan transmisi nyeri yang dibawa C fiber à teori gate kontrol
·         Menstimulasi endorphin
·         Menurunkan ketegangan otot yang meningkat saat nyeri
1)            Massage (punggung, daerah nyeri)
2)            Terapi panas/ dingin
3)            Pemberian liniments (balsem analgetika)
Kontraindikasi:
Kulit yang terbakar, inflamasi, luka, tulang fraktur
3.   Distraksi
      Mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien lupa terhadap        nyeri yang       dialami.
      Tujuan:
·   Merangsang endorphin
·   Menurunkan nyeri dan meningkatkan toleransi nyeri
      Dilakukan selama prosedur invasif /menunggu analgetik bekerja
      Contoh :
-          Menyanyi, mendengarkan musik sambil menepukkan jari-jari/kaki
-          bermain games, berkunjung, nonton TV, membayangkan hal indah sambil menutup mata
-           
4. Relaksasi
·   Untuk menurunkan kecemasan
·   Mengontrol diri terhadap nyeri
·   Kurang efektif pada nyeri akut
·   Efek relaksasi:
-    Menurunkan nadi, RR, TD
-    Menurunkan konsumsi O2
-    Menurunkan ketegangan otot
-    Menurunkan rata-rata metabolisme
·   Jenis kegiatan:
Meditasi, Yoga, Latihan pernafasan, kontraksi dan relaksasi otot-otot

2.      Kurangpengetahuansehubungandengankurangterpajan/mengingat ;salahinterpretasiinformasi ; tidakmengenalsumberinformasi.
Tujuan :pasienmengertidanmemahamitentangpenyakit, penyebabdanpencegahannya.
Kriteria hasil :
-          Kliendapatmenyebutkanpengertianpenyakitnya
-          Kliendapatmenyebutkanpenyebabdaripenyakitnya
-          Kliendapatmenyebutkantindakan-tindakanpencegahanpenyakitnya

IntervensiKeperawatan:
a)                  Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penykitnya
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
b)                  Beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya meliputi pengertian, penyebab dan pencegahan terhadap penyakitnya
Rasional :memberi informasi untuk klien agar dapat meningkatkan pengetahuan klien dan meningkatkan derajat kesehatan klien
c)                  Beri kesempatan pada klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui.
Rasional : Untuk meningkatkan pemahaman klien tentang penyakitnya
d)                 Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada klien dengan memberikan pertanyaan ulang kepada klien
Rasional :mengetahui apakah klien sudah benar-benar mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1  Kesimpulan
                        Asuhan keperawatan kelompok khusus pada lansia yang dilakukan selama 3 minggu di UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Blitar di Tulungagung mulai tanggal 2-21 September 2013, dengan kegiatan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan lansia yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung. Berdasarkan pengkajian kesehatan yang kami lakukan pada kelompok lansia di wisma melati, didapatkan masalah sebagai berikut : dari 18 lansia yang tinggal di wisma melati didapatkan sebanyak 30% atau sebanyak 6 mengalami nyeri sendi, 100% atau 18 lansia tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan. Dari beberapa masalah diatas dapatkan prioritas masalah sebagai berikut yaitu:  
1.      Gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri b/d proses menua
2.      Kurang pengetahuan b/d Kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
4.2  Saran
Agar  AsuhanKeperawatan yang diberikaninidapatbermanfaat, makaasuhankeperawataniniditindaklanjutisecaraterusmenerus. Tindaklanjut yang dilakukandapatberupaevaluasi yang terusmenerussehingggabisamengetahuiperubahanperilaku, pengetahuan, ketrampilandarilansiadalammengoptimalkankehidupansehat yang dapatmeningkatkankesehatan, kebersihankesejahteraan, dankualitashiduplansia.Dalamhalinitentunyatidakterlepasdaribimbingandanbantuansertakerjasamadarisemuapihakbaikdaripengelola UPT PelayananSosialUsiaLanjutBlitar di TulungagungmaupunDinasatausektor yang terkaitsepertiDinasSosial, Puskesmas, DinasKesehatanmaupunDinasterkaitlainnya.







1 komentar: