LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan Kelompok Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Blitar di
Tulungagung pada tanggal 1-21 September 2014 telah diperiksa dan dikoreksi pada tanggal
..............................................................
Mengetahui,
Kepala
Seksi
Bimbingan
dan Pembinaan Lanjut Usia
PSLU
Blitar di Tulungagung
Sunu Pantjadharmo,Aks,Msi
NIP. 19661104 1992011 001
Pembimbing
Institusi
Suratin Pudji Handoko S.pd
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini
dengan baik.
Dalam menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2.
Imam Subekti ,
S.Kp.,M.kep.,S.Kom., selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3. Sri Winarni, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Keperawatan Blitar Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Malang.
4. Sunu
Pantjadharmo, Aks,Msi selaku Kepala Seksin Bimbingan dan Pembinaan
Lanjut Usia PSLU Blitar di Tulungagung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar di Tulungagung yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan
Gerontik ini.
5.
Bapak
dan ibu petugas PSLU yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun
spiritual.
6.
Semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini.
Penulis
menyadari bahwa Laporan Asuhan Keperawatan
Gerontik ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini. Semoga Laporan
Asuhan Keperawatan Gerontik ini akan
bermanfaat bagi semua pihak.
Blitar, 2 September 2014
Penulis
BAB i
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka
kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada
meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah
penduduk golongan lanjut usia.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah
lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India,
dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census
USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai
414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup
penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup
penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi
menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun,
menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat.
GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi
kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan
tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan
segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping
itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang
spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut
usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic nursing dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang
yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang
bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65
tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat
apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda
dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan
berbagai masalah psikologik maupun social.
UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Blitar di Tulungagung merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan
yang komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan
kondisi diatas kami mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan
Keperawatan Kampus III Angkatan tahun 2014 yang bertugas di Wisma Melati dalam
rangka praktik klinik keperawatan Gerontik ingin menerapkan konsep asuhan
keperawatan tentang lansia secara langsung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar di Tulungagung.
1.2
Tujuan
Kegiatan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan
kelompok lanjut usia dalam kehidupan Panti secara profesional dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.
1.2.2
Tujuan Khusus
·
Mampu melakukan pengkajian
pada lansia
·
Mampu merumuskan diagnosa
keperawatan lansia
·
Mampu menyusun rencana asuhan
keperawatan
·
Melakukan tindakan
keperawatan pada lansia
·
Mampu melaksanakan evaluasi
terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan.
1.3 Manfaat
Kegiatan
1.2.3
Bagi
Mahasiswa
Dapat menerapkan konsep teori
tentang asuhan keperawatan kelompok gerontik yang tinggal di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.2.4
Bagi
lansia.
a.
Lansia
mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b. Lansia
dapat mengenal masalah kesehatannya.
c. Lansia
mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.
1.2.5
Bagi UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
a. Dapat
mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia.
b. Mendapatkan
masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif pemecahannya.
1.2.6
Bagi
institusi pendidikan.
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan
keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan Panti.
1.3
Sistematika
laporan
1.3.1
Sistematika
laporan kegiatan ini adalah:
1. Bab 1 pendahuluan
memuat : latar belakang, tujuan kegiatan, dan sistematika laporan
2.
Bab 2
konsep teori memuat : konsep lansia dan asuhan keperawatan
3.
Bab 3 asuhan keperawatan gerontik memuat : pengkajian,
analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.
Bab 4 penutup memuat
kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1
PantiSosialLanjutUsia (PSLU)
2.1.1
PengertianPantiSosialLanjutUsia (PSLU)
Panti Sosial Lanjut Usia (PSLU) merupakan salah
satu pelayanan sosial yang ditujukan untuk membantu lanjut usia dalam
memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya (Permensos Nomor 19 tahun 2012).
Pelayan Sosial Lanjut Usia dapat dilaksanakan didalam panti dengan sistem
pengasramaan dan diluar panti dengan sistem keluarga atau masyarakat dan tidak
menggunakan sistem pengasramaan. PSLU adalah tempat
dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun
diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Dimana
beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah baik pihak swasta. Dan
ini sudah merupakan kewajiban Negara untuk menjaga dan memelihara setiap warga
negaranya sebagaimana tercantum dalam UU No. 12 Tahun 1996 (Direktorat Jendral
Departemen Hukum dan HAM.
UPT PSLU
(Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok memberikan
pelayanan sosial bagi para lanjut usia yang terlantar sehingga dihari tuanya
akan tercipta suasana hidup dengan ketentraman lahir dan batin.
2.1.2
SistemPelayanan
SistemPelayanan di UPT
PelayananSosialLanjutUsiaBlitardiberikandalambentukPelayanandanRehabilitasiSosial.Bentukpelayananmeliputi:
a)
Pemenuhankebutuhanfisik
pelayanankesehatanmeliputipenyediaantenagadokteratauperawat,
fisioterapi, penyediaan menu makanantambahansesuaidengankalori yang dibutuhkan,
kliniklanjutusia, kebugaran, kerjabakti, pakaian,
saranadanprasaranahidupsehari-hari (peralatanmandi, tidur, sholat)
b)
Pemenuhankebutuhan
mental
Kebutuhan mental spiritual adalah: kebutuhan yang
diberikan kepada lansia yang dapat memberikan semangat dan dorongan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya menumbuhkan rasa percaya diri bahwa lansia
tetap dibutuhkan oleh keluarga/masyarakat, memberikan semangat bahwa potensi
yang ada dalam dirinya dapat digunakan bagi orang lain.
c)
Pemenuhankebutuhan
social
Contoh
pemenuhan kebutuhan sosial seperti konsultasisosial,
terapisosial, konselingperorangan, bimbingankelompok,
pelayananrekreasi,bimbinganketrampilanmerawat orang sakitataumeninggal (termasukcaramemandikanjenasah).
d)
Kegiatanketerampilanuntukmengisiwaktuluang
2.2
KonsepMenua
MenurutUndang-Undang
No. 13 Tahun 1998 LanjutUsiaadalahseseorang yang telahmencapaiusia 60
(enampuluh) tahunkeatas.
Banyak teori yang medasari proses menua, antara lain :
a) TeoriBiologis
1) TeoriGenetikdanMutasi
Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
2) PemakaiandanRusak
Kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
3) Autoimune
Pada
proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4) Teori
Stres
Menua
terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5) Teori
Radikal Bebas
Tidak
stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik
seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
b)
TeoriSosial
1) TeoriAktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) TeoriPembebasan
Dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda
yakni:
Ø Kehilanganperan
Ø Hambatankontrolsosial
Ø Berkurangnyakomitmen
Ø TeoriKesinambungan
Teori
ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
-
Lansia tak disarankan untuk melepaskan
peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan.
-
Peran lansia yang hilang tak perlu
diganti.
-
Lansiadimungkinkanuntukmemilihberbagaicaraadaptasi.
c)
TeoriPsikologi
1) TeoriKebutuhanManusiamenurutHirarki
Maslow
Menurut teori ini, setiap
individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh
perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari
kebutuhan tersebut tercapai.
2) Teori
Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun
sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai
dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap
dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan
ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental.
2.3 PerubahanPerubahan Yang TerjadiPada
Lansia
a) Perubahan
fisik
1) Sel :
jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler
2) Persarafan
: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk
meraksi, mengecilnya saraf panca indra
sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
3) Sistem
penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis
dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris,
lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
4) Sistem
Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, tekanan darah meningg.
5) Sistem
respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
6) Sistem
gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin
7) Sistem
genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran
prostat, 75% doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi
sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun,
sekresi berkurang dan menjadi alkali.
8) Sistem
endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
9) Sistem
integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut
menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadi keras dan rapuh.
10) Sistem
muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis
menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia
menjadi lamban bergerak.
11) Ototkramdan
tremor.
b) Perubahan Mental
1)
Faktor-faktor yang mempengaruhiperubahan
mental adalah :
a. Perubahan
fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan
umum
c. Tingkat
pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
2)
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan
jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan
jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
3)
Intelegentia Quote :
a. Tidak
berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal
b. Berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
c) PerubahanPsikososial
1) Pensiun
: nilaiseorangdukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan
2) Merasakanatausadarakankematian
3) Perubahandalamcarahidup,
yaitumemasukirumah perawatan bergerak lebih sempit.
2.4 Masalah
masalah yang sering terjadi pada Lanjut usia
a). Masalah
gizi
1) Gizi
Berlebihan
Kebiasaan
makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada
lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.
Kebiasaan makan tersebut sukar diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah
tinggi.
2) Gizi
Kurang
Gizi
kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun
kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.
3) Kekurangan
Vitamin
Bila
konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.
b). Resiko
cedera (Jatuh)
Jatuh
akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha atau pergelangan
tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri dan immobilisasi dengan segala
akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat diidentifikasi serta tak sedikit
hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak terjadi / tak terulang.
1) Faktor
Resiko Internal
Gangguan
penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga, obat golongan
Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra cervikal, gangguan aliran darah
otak, artritis, lemah otot tungkai, hipotensi postural, pnemoni, penyakit
sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).
2) Faktor
Resiko Eksternal
Turun
tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin, kain atau celana
terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi atau terlalu rendah,
kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang, tempat kaki kursi roda, WC jauh
dari kamar, WC terlalu rendah.
3) Tindakan
ü Identifikasi
faktor resiko
ü Perhatikan
kelainan cara berjalan/duduk
ü Romberg
test
ü Uji
keseimbangan sederhana
ü Berkurangnya
lebar langkah
ü Modifikasi faktor resiko internal.
c.
Delirium
Salah
satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakit tidak khas
sesuai dengan organ/ sistem organ yang sakit. Seringkali suatu penyakit
siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran walaupun sistem saraf
pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit susunan saraf pusat juga tetap
dapat muncul dalam bentuk gangguan kesadaran. Dengan demikian maka perlu
ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan – kelainan
sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi
berat.
Penyebab:
Stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia,
hipoksia dan putus obat.
Gejala: Kurang
perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi,
halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif, hiperaktif.
Sikap:
- Sakit kepala / pusing dikaji dengan
cermat.
- Perhatikan keluahan penglihatan
- Atasi batuk pilek meriang secepatnya
Rencana tindak lanjut:
Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan berkemih, nafsu makan
berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin, pingsan sesaat.
d. Immobilisasi
Immobilisasi
atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan atrofi otot, dekubitus
dan malnutrisi serta pneumonia. Faktor resiko : Osteoartritis, fraktur, DC,
stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroidi, gangguan penglihatan, hipotensi
postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan
sesak nafas.
e. Hipertensi
Dari
banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan
tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena
sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit
jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan
oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.
Secara
nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan
pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1.
Hipertensi pada tekanan
sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih dari
90 mmHg.
2.
Hipertensi sistolik
terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 190 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
3.1
DATA UMUM:
Identitas Panti Werda:
a.
Nama
: UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar di Tulungagung
b.
Alamat/kode
pos : Jl. Panglima Jenderal
Sudirman V/43 Kenayan
Tulungagung/66212
c.
Telepon : (0355) 331083
d.
Pembimbing
wisma :Bpk.
Sunu P Aks, Msi
e.
Instansi :
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
3.2
DATA INTI
Sejarah Berdirinya Panti Werda
UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan tempat yang
melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dibidang
penyantunan, rehabilitasi, bantuan, pengembangan dan resosialisasi. UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung didirikan pada 1
Oktober 1938 bersifat
sebagai pennampung sosial (gelandangan dan pengemis, wanita tuna susila, orang
terlantar) yang mana pada waktu itu bangunan belum permanen dan terbuat dari
anyaman bambu.
Pada
tahun 1984 sampai sekarang pelayanan lebih difokuskan lagi pada lansia terlantar,
sedangkan pada tahun 1987 diadakan penataan panti dan perubahan menjadi Panti
Werda Waluyo Husodo. Pada tahun 2002 dengan adanya otonomi daerah, ditindak lanjuti dengan keputusan gubernur No.51 tahun
2003 tentang fungsi dan tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa
Timur berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Sosial (UPS) ada dibawah naungan PSTW
Wlingi Blitar. Dan dengan adanya PERGUB No.119 tahun 2008 tentang organisasi
dan tata kerja Unit Pelaksan Teknis Sosial Propinsi Jawa Timur. Maka pada tahun
2009 berubah lagi menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar. Dan di Tulungagung merupakan seksi bimbingan dan
pembinaan lanjut dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
Sebagai
pencerminan dari UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan pasal 34, maka warga Negara yang
sudah lanjut usia juga berhak mendapatkan pengayoman dari pemerintah yang
diwujutkan melalui pelayanan lanjut usia/ jompo yang di tempatkan di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
3.3 Data
Demografi
-
Jumlah
anggota : 80
orang lansia
-
Jumlah
pegawai di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
ada 24 yang terdiri dari :
1.
Kepala
seksi : 1 orang
2.
Staf
panti : 15 orang
3.
Juru
masak : 2 orang
4.
SAT-POL
PP : 3 orang
5.
Pembimbing : 1 orang
6.
Pesuruh : 1 orang
7.
Tukang
kebun : 1 orang
- Luas
tanah/status : 9.170 m2
- Luas
bangunan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
1. Total : 2.083,85 m²
2. Kantor : 78 m²
3. Ruang
aula : 320,85 m²
4. Mushola : 49 m²
5. Wisma : 1.476 m²
6. Dapur :
104 m²
7. Rumah
dinas :
56 m²
8. PosKeamanan : 12 m2
9. Rumah Diesel : 12 m2
10. Parkir : 30
m2
3.4 Data Sub Sistem
1. LingkunganFisik
a. Saranaperumahan:
WismaMelati, luasnya sekitar ... m2 denganlantaikeramik.
Penerangan di ruangan tersebut cukup, ventilasisangatmemadai,
kebersihanruangancukupbersih.
b. Pekarangan:
Di sekitarWisma Melati, terdapat taman yang sudahdapattertatadenganbaik.
c. Saranasumber
air bersih: Sarana sumber air bersih di Wisma Melati memadai, terdapat beberapa
kran air yang mengalir air bersihuntukcucitangandanmencucipiring.
d. Saranapembuangansampah:
Di Wisma Melati, ada 5 tempat sampah yang masing-masing tersebar di Wisma
Melati. Seluruh sampah yang terkumpul akan dibuang di tempat pembuanganakhir di
ujungpekarangansebelahutara.
e. Saranapembuangankotoranmanusia: Klien yang ingin BAB dapat menuju WC yang
berada dibagian tengah Wisma Melati sehingga memudahkan lansia yang tempat
tidurnyaberada di bagianutaramaupunselatan.
f. Saranamandi:
Kamarmandi sebanyak 4 buah dan 4 WC yang berada dibagiantengahruanganMelatisehinggamemudahkanlansia
yang tempat tidurnyaberada di bagianutaramaupunselatan.Lantaimenujukamarmandimenggunakankeramiksehinggakadangmembuatlansiajatuh.
2. PelayananKegiatandanSosial
a. Jumlahpetugas :
4 orang
b. Pengalamanpetugasmengikutipelatihan kesehatan
Pernah : 4 orang
Belum : 0 orang
Jenispelatihan : Cek GDA, Kolestrol, Asam urat dan tekanan darah
c.
Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan
3.
Transportasi,
keamanan, dankeselamatan
a.
Saranajalandantransportasi
di lingkungankelompoklansia
Saranajalan di
wismamelati, yaituadawalker, kruk,
kursiroda, ‘teken’, danpegangandaripipa yang adasepanjangjalan di luarwisma.Namun masih ada
tempat-tempat yang belum ada pegangannya seperti tempat menuju aula, mushola,
dan juga menuju dapur.Paralansiabebasuntukkeluarmasukke
UPT PSLU Blitar di Tulungagungdenganizinkepetugas. Transportasi yang
biasanyadigunakanlansiasaatkeluar PSLU adalahbecak atau sepeda pancal.
4. Keamananlingkungan
Untuksecurityatau
SAT-POL-PP ada 3 orang untukmenjaga 5 wismasekaligustetapi di shifpagi, siang, danmalam.Petugas di
wismaada 3 orang dansemuamasukpagiharidengan jam dinasdari jam 07.00-15.00 untuk hari
senin-kamis dan jumat mulai jam 07.00-14.30, sedangkan hari sabtu dan minggu
libur, selanjutnya yang
akanmenjagaadalah SAT-POL-PP.
5. Keselamatan
Penggunaanalatbantu di wismamelati, yaitukruk, walker, kursiroda, ‘teken’,
danpegangandaripipadisepanjangjalan di luarwisma.
Struktur
organisasi UPT Panti Sosial Lanjut Usia (PSLU) Blitar
Kepala
UPT PSLU Blitar
Suprianto, S.Sos., MM.
|
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
|
KASUBAG TU
Farida Hikmawati, Aks, MAP
|
KASI PELAYANAN SOSIAL
Drs. Yantosa
|
KASI BINJUT
Sunu Patjadharmo, AKS., Msi.
|
Program-program UPT Panti Sosial Lanjut
Usia (PSLU) Blitar di Tulungagung
1. PemenuhanKebutuhanFisik
-
Makan
dan minum 3x/hari
-
Penyediaan
sandang
-
Senam
yang dilaksanakan setiap hari senin, rabu, dan jum’at.
2. PemenuhanKebutuhan
Mental
-
Motivasi, bimbingan agama islam pada hari rabu, dan
bimbingan nasrani hari jum’at.
o
Pemenuhan
Kebutuhan Sosial
-
Bimbingan
sosial
o
Kegiatanketerampilansetiaphari selasa
-
Membuat
keterampilan sapu ijuk, sapu lidi, kemucing, dan keset.
3. Sistempendanaanpanti
SistempendanaanpantisosiallanjutusisBlitar
di TulungagungAPBD berasaldaripemerintahprovinsijawatimur,
karena UPT PSLU Blitar di Tulungagungmilikpemerintahprovinsi.
4.
Komunikasi
Saranakomunikasi
yang digunakanpenghuniasrama yang digunakanadalahhand phone (HP) dan telephone serta Fax yang ada di kantor.Penyebaraninformasikegiatankelompoksudahterjadwaldariseninsampaijumat.Puskesmassetiapminggusekalidatangpadaharirabuolehtenagamedis.Kelurahandankecamatanmerupakansalahsatusumberdalampengambilanpesertaasrama
di PSLU Blitar di Tulungagung, sehinggalansia yang ada di PLSU Blitar di Tulungagungadagangguandalammasalahsosial.
5.
Ekonomi
Status
pekerjaananggotakelompoklansiamayoritastidakada yang bekerja,
lansiamemperolehasupandanadarianggotakeluargaatau orang yang
peduliterhadaplansia yang tinggal di PSLU. Saranaekonomi yang tersedia di
masyarakatadalahpenjualkuekeliling,
lansiabisakeluarmasukbebasdenganizinkepetugas yang jaga.
6.
Rekreasi
Saranarekreasi
yang ada di wismamelati, yaitumenontontelevisi, setiapsetahunsekaliadapertunjukandarigerejatarian,
danadatanggapantopengmonyet.tidak ada anggaran untuk rekreasi.
Pengkajian
1. IdentitasUmum
Gambar 1.1 JenisKelaminLansia di
WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Seluruhlansia di wismaMelatiberjeniskelaminperempuan
Gambar 1.2 UmurLansia di Wisma
Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 45% termasukdalamkategorilanjutusia, 55% kategorilanjutusiatua
Gambar 1.3 Prosentase lama
tinggaldiWismaMelati
UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 16 % lansiatinggalkurangdari 1 tahun, 55% selama 1-5 tahun, dan 28%
lebihdari 5 tahun.
2. RiwayatKesehatan
Gambar 2.1 Prosentasekeluhanlansia
di WismaMelati
UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 17% (3)lansiamengatakantidakadakeluhan, 6%(1) mengeluhpusing, 11%(2)
mengeluhmatakabur, 6% (1) konstipasi, 33% (6) nyerisendi, gatal 11% (2),
nyeriperut 11%(2), sesak 6% (1)
Gambar 2.2
Prosentasepenyakitsaatinilansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 33% lansiamenderitahipertensi, 11% tidakmemilikipenyakitapapun, 28%
asamurat, 5% menderitagatal, 6% stroke, dan 28% katarak.
3. Fisiologis
Gambar 3.1 Prosentasegangguan BAK
lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 73% lansiatidakmengalamigangguan BAK dan 27% mengalamiinkontinensia
urine.
Gambar 3.2 ProsenteFrekuensi BAB
lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 22% mengatakan BAB tidakteratur, 45% 1 kali sehari, dan 33% 2 kali
sehari.
Gambar 3.3 ProsentaseGangguan BAB
lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 78% lansiatidakmengalamigangguan BAB, 17% mengalamikonstipasidan 5%
mengalamidiare.
Gambar 3.4 Frekuensimakanlansia di
WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Seluruhlansiamakan 3 kali sehari
Gambar 3.5
Prosentasejumlahmakanlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 72% makansetengahporsidan 28% makan 1 porsi
Gambar 3.6 Prosentasemakan snack
lansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 78% lansiamenikmati snack dan 28% tidak snack
Gambar 3.7
Prosentasefrekuensiminumlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 17% lansiaminum>8 gelasdan 83% <8 gelas
Gambar 3.8
Prosentasejenisminumlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 67% lansialebihseringmengkonsumsiteh, dan 33% mengkonsumsi air putih.
Gambar 3.9
Prosentasegangguanpendengaranlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 72% lansiatidakmengalamipenurunanpendengarandan 28%
mengalamipenurunanpendengaran
Gambar 3.10
Prosentasegangguanpenglihatanlansia di WismaMelati UPT PSLU Blitar
Catatan:
:Sebanyak 72% lansiatidakmengalamipenurunanpenglihatandan 28%
mengalamipenurunanpenglihatan
4.Status
Mental dan Psikososial
Gambar 4.1
Diagram distribusi
lansia Wisma Melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatkerusakanintelektual.
Dari diagram diketahui 89% (16) lansia memilikitingkatintelektualutuh, 11%
(2) lansiamemilikitingkatkerusakanintelektualsedang (n: 18 lansia)
Gambar
4.2 Diagram
distribusi lansia Wisma Melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan aspekkognitif.
Dari diagram diketahui 39% (7) lansia memilikigangguankognitif sedang,33%
(6) memilikigangguankognitifberat, 28% (5) lansiatidakmemilikigangguankognitif
(n: 18 lansia)
Gambar 4.3Diagram distribusi lansia Wisma Melati UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatemosional.
Dari diagram diketahui 21% (4) lansia memilikigangguanemosional, 79% (14)
lansiatidakmemilikigangguanemosional
(n: 18 lansia)
Gambar 4.4
Diagram distribusi
lansia Wisma Melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatkecemasan.
Dari diagram diketahui 78% (14) lansia memiliki level minimal kecemasan,
17% (3) lansiamemilikigangguankecemasanringan, kecemasansedang 6% (1).
(n: 18 lansia)
Gambar 4.5
Diagram distribusi
lansia Wisma Melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkatdepresi.
Dari diagram diketahui 100% (18)
lansiatidakterindikasidepresi
(n: 18 lansia)
4.
Perilakukesehatan
Gambar 5.1
Diagram distribusi
lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
berdasarkan tingkatperilakukesehatan.
Dari diagram diketahui 89% (16) lansia kebiasaanminumteh, 11% (2) lansiamemilikikebiasaanminum air putih
(n: 18 lansia)
6.
Kegiatan spiritual
Gambar 6.1 Diagram distribusi lansia Wisma Melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kegitan spiritual.
Dari diagram diketahui 17% (3) lansia rutinshalat 5 waktu, 56% (10)
lansiarutinberdoa, 28% (5) lansiatidakberibadah (shalat 5 waktu/berdoa)
(n: 18 lansia)
7. Interaksi sosial
Gambar 7.1
Diagram distribusi
lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
berdasarkan tingkatinteraksisosial.
Dari diagram diketahui 10% (2) lansiamemilikiinteraksisosialkurang, 90%
(16)lansiamemilikiinteraksi social baik
(n: 18 lansia)
8.
Pengetahuankesehatan (pengertian,
penyebab, danpencegahan)
Gambar 8.1
Diagram distribusi
lansia Wisma Melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
berdasarkan tingkatpengetahuankesehatan.
Dari diagram diketahui 100% (18) lansia tidakmengetahuitentangpengetahuankesehatan.
(n: 18 lansia)
ANALISA DATA
No
|
Data
fokus
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
2.
|
DS:
· Dari
18 lansia yang tinggal di wisma melati 6 lansia mengatakan mengalami nyeri
pada punggung , sendi dan juga kakinya karena terjatuh
DO:
· Lansia
tampak menyeringai kesakitan dan memegani bagian yang sakit
DS:
Seluruh lansia di wisma melati mengatakan tidak tahu saat ditanya
tentang nama, penyebab dan pencegahan penyakitnya.
DO:
Lansia tampak bingung saat ditanya oleh perawat tentang
penyakitnya
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
Kurang pengetahuan
|
Proses menua
Kurang
terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber
informasi.
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Gangguan pemenuhan rasa
nyaman nyeri b/d proses menua
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, Menyatakan nyeri hilang, klien merasa nyaman dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya.
Intervensi :
1.
Mencegah terjadinya nyeri:
IMA à tidak boleh stress, kerja berat
Back pain à Teknik mengangkat benda yang benar
Konstipasi à segera dieliminasi
2.
Stimulasi kulit
Tujuan:
·
Mengaktivasi A fiber,
mencegah/menurunkan transmisi nyeri yang dibawa C fiber à teori
gate kontrol
·
Menstimulasi endorphin
·
Menurunkan ketegangan otot
yang meningkat saat nyeri
1)
Massage (punggung, daerah
nyeri)
2)
Terapi panas/ dingin
3)
Pemberian liniments
(balsem analgetika)
Kontraindikasi:
Kulit yang terbakar, inflamasi, luka, tulang fraktur
3. Distraksi
Mengalihkan
perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien lupa terhadap nyeri yang dialami.
Tujuan:
·
Merangsang endorphin
·
Menurunkan nyeri dan
meningkatkan toleransi nyeri
Dilakukan
selama prosedur invasif /menunggu analgetik bekerja
Contoh :
-
Menyanyi, mendengarkan
musik sambil menepukkan jari-jari/kaki
-
bermain games, berkunjung,
nonton TV, membayangkan hal indah sambil menutup mata
-
4. Relaksasi
·
Untuk menurunkan kecemasan
·
Mengontrol diri terhadap
nyeri
·
Kurang efektif pada nyeri
akut
·
Efek relaksasi:
-
Menurunkan nadi, RR, TD
-
Menurunkan konsumsi O2
-
Menurunkan ketegangan otot
-
Menurunkan rata-rata
metabolisme
·
Jenis kegiatan:
Meditasi, Yoga, Latihan
pernafasan, kontraksi dan relaksasi otot-otot
2.
Kurangpengetahuansehubungandengankurangterpajan/mengingat
;salahinterpretasiinformasi ; tidakmengenalsumberinformasi.
Tujuan :pasienmengertidanmemahamitentangpenyakit, penyebabdanpencegahannya.
Tujuan :pasienmengertidanmemahamitentangpenyakit, penyebabdanpencegahannya.
Kriteria hasil :
-
Kliendapatmenyebutkanpengertianpenyakitnya
-
Kliendapatmenyebutkanpenyebabdaripenyakitnya
-
Kliendapatmenyebutkantindakan-tindakanpencegahanpenyakitnya
IntervensiKeperawatan:
a)
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang penykitnya
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan
klien tentang
penyakitnya
b)
Beri
pendidikan kesehatan tentang penyakitnya meliputi pengertian, penyebab dan
pencegahan terhadap penyakitnya
Rasional :memberi
informasi untuk klien agar dapat meningkatkan pengetahuan klien dan
meningkatkan derajat kesehatan klien
c)
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya tentang hal-hal
yang belum diketahui.
Rasional : Untuk
meningkatkan pemahaman klien tentang penyakitnya
d)
Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada klien
dengan memberikan pertanyaan ulang kepada klien
Rasional :mengetahui
apakah klien sudah benar-benar mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Asuhan
keperawatan kelompok khusus pada lansia yang dilakukan selama 3 minggu di UPT
Pelayanan Sosial Usia Lanjut Blitar di Tulungagung mulai tanggal 2-21 September
2013, dengan kegiatan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan lansia yang
ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung. Berdasarkan
pengkajian kesehatan yang kami lakukan pada kelompok lansia di wisma melati,
didapatkan masalah sebagai berikut : dari 18 lansia yang tinggal di wisma
melati didapatkan sebanyak 30% atau sebanyak 6 mengalami nyeri sendi, 100% atau
18 lansia tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan. Dari beberapa masalah diatas
dapatkan prioritas masalah sebagai berikut yaitu:
1. Gangguan
pemenuhan rasa nyaman nyeri b/d proses menua
2. Kurang
pengetahuan b/d Kurang terpajan/mengingat,
salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
4.2
Saran
Agar AsuhanKeperawatan yang
diberikaninidapatbermanfaat,
makaasuhankeperawataniniditindaklanjutisecaraterusmenerus. Tindaklanjut yang
dilakukandapatberupaevaluasi yang
terusmenerussehingggabisamengetahuiperubahanperilaku, pengetahuan,
ketrampilandarilansiadalammengoptimalkankehidupansehat yang
dapatmeningkatkankesehatan, kebersihankesejahteraan,
dankualitashiduplansia.Dalamhalinitentunyatidakterlepasdaribimbingandanbantuansertakerjasamadarisemuapihakbaikdaripengelola
UPT PelayananSosialUsiaLanjutBlitar di TulungagungmaupunDinasatausektor yang
terkaitsepertiDinasSosial, Puskesmas, DinasKesehatanmaupunDinasterkaitlainnya.