disusun untuk memenuhi
tugas praktik klinik MA. Gerontik semester V
Oleh :
Agung Prasetyo 1101300007
Deby Illahi 1101300013
Irka Maharani 1101300021
Eka Sulistiawati 1101300035
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan Kelompok
Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Blitar di Tulungagung pada tanggal 2-21
September 2013 telah diperiksa dan dikoreksi pada tanggal
..............................................................
Mengetahui,
Kepala
Seksi
Bimbingan
dan Pembinaan Lanjut Usia
PSLU
Blitar di Tulungagung
Sunu Pantjadharmo,Aks,Msi
NIP. 19661104 1992011 001
Pembimbing Institusi
Sri
Winarni, S.Pd., M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini
dengan baik.
Dalam menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
B.
Doddy Riyadi, SKM., MM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2.
Tri
Anjaswarni, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Malang.
3.
Sri
Winarni, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
Blitar Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
4.
Sunu Pantjadharmo, Aks,Msi selaku Kepala SeksinBimbingan dan Pembinaan
Lanjut Usia PSLU Blitar di Tulungagung di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Blitar di Tulungagung
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini.
5.
Bapak
dan ibu petugas PSLU yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun spiritual.
6.
Semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik ini.
Penulis
menyadari bahwa Laporan Asuhan
Keperawatan Gerontik ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan Laporan
Asuhan Keperawatan Gerontik ini.
Semoga Laporan Asuhan
Keperawatan Gerontik ini
akan bermanfaat bagi semua pihak.
Blitar,
5 September 2013
Penulis
BAB
i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan
hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang
medis atau ilmu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia.
Dengan
meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi berupa besarnya biaya
kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit degeneratif, kronis dengan
multiple patologi sehingga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat budaya
bangsa Indonesia dalam kehidupan lansia adalah merupakan figur yang dihormati
dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman
hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan.
Saat
ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih
kurang 1000 orang per hari. Pada tahun 1985 dan diperkirakan 50 % dari penduduk
berusia diatas 50 tahun sehingga istilah “baby bom” pada masa lalu berganti
menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut
Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih 55 tahun), di
Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10 % dari total penduduk
dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta
atau 11,0 %. Peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan
hidup dari 65 – 70 tahun pada 2000 menjadi 70 – 75 pada tahun 2020.
Meningkatnya
umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila :
1. Pelayanan
kesehatan efektif.
2. Angka
kematian bayi menurun.
3. Adanya
perbaikan gizi dan sanitasi serta
4. Meningkatnya
pengawasan terhadap penyakit infeksi.
Berbagai
masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup akan
memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan
proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari secara mandiri.
Peran
perawat dalam meminimalkan dan mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia baik dalam keadaan
sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Fokus asuhan
keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan salah satu sasaran
pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu maupun
kelompok. Berkaitan dengan kondisi diatas kami mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan
Kampus III Angkatan tahun 2013 yang bertugas di wisma dahlia dalam rangka praktik klinik keperawatan Gerontik
ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia secara langsung di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut usia dalam kehidupan Panti
secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.
1.2.2
Tujuan Khusus
·
Mampu melakukan pengkajian pada lansia
·
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan
lansia
·
Mampu menyusun rencana asuhan
keperawatan
·
Melakukan tindakan keperawatan pada
lansia
·
Mampu melaksanakan evaluasi terhadap
keberhasilan tindakan yang diberikan.
1.3
Manfaat Kegiatan
1.2.3
Bagi
Mahasiswa
Dapat
menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok gerontik yang tinggal
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung.
1.2.4
Bagi
lansia.
a.
Lansia
mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b. Lansia
dapat mengenal masalah kesehatannya.
c. Lansia
mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.
1.2.5
Bagi
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
a. Dapat
mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia.
b. Mendapatkan
masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif pemecahannya.
1.2.6
Bagi
institusi pendidikan.
Tercapainya tujuan
pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan Panti.
1.3 Sistematika laporan
Sistematika laporan kegiatan ini
adalah:
1. Bab
1 pendahuluan memuat : latar belakang, tujuan kegiatan, dan sistematika laporan
2.
Bab
2 konsep teori memuat : konsep lansia dan asuhan keperawatan
3.
Bab
3 asuhan
keperawatan gerontik memuat : pengkajian, analisa data, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.
Bab
4 penutup memuat kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian UPT
PSLU
UPT PSLU (Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) merupakan Unit Pelaksana Teknis
Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok memberikan
pelayanan sosial bagi para lanjut usia yang terlantar sehingga dihari tuanya
akan tercipta suasana hidup dengan ketentraman lahir dan batin
2.2 Pelayanan dalam Panti antara lain :
a.
Pelayanan sosial : diberikan kepada
klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial secara
serasih dan harmonis diantara lanjut usia, lanjut usia dengan keluarganya,
lanjut usia dengan petugas, lanjut usia dengan pimpinan Panti dan lanjut usia
sengan masyarakat. Pelayanan sosial ini berupa konsultasi sosial, terapi
sosial, konseling perorangan, bimbingan kelompok, pelayanan rekreasi,bimbingan
ketrampilan merawat orang sakit atau meninggal (termasuk cara memandikan
jenasah).
b.
Pelayanan fisik : diberikan kepada klien
dalam rangka memperkuat daya tahan fisik. Dalam bentuk : pelayanan kesehatan
meliputi penyediaan tenaga dokter atau perawat, fisioterapi, penyediaan menu
makanan tambahan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan, klinik lanjut usia,
kebugaran, kerja bakti, pakaian, sarana dan prasarana hidup sehari-hari
(peralatan mandi, tidur, sholat)
c.
Pelayanan psikososial adalah diberikan
kepada klien dalam rangka menciptakan situasi sosial psikologis yang
memungkinkan tumbuhnya perasaan nyaman, senang dan mampu beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya. Misalnya : konseling atau konsultasi psikososial.
d.
Pelayanan ketrampilan adalah diberikan
tidak saja untuk pengisian waktu luang, melainkan untuk meningkatkan
produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya atau mempertahankan
kemampuan atau ketrampilan
e.
Pelayanan spiritual/keagamaan :
diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat mental/spiritual dan kerohaniaan
terutama dalam melaksanakan peribadatan sehari-hari. Pelayanan yang diberikan
antara lain : penyediaan sarana dan prasarana ibadah, bimbingan rohani.
f.
Pelayanan pendampingan : diberikan
dengan cara mendampingi setiap lanjut usia dalam melanjutkan kehidupan
sehari-hari. Pelayanan ini bisa dilakukan baik oleh pengasuh, perawat atau
pekerja sosial sesuai kondisi Panti.
g.
Pelayanan bantuan hukum : diberikan
kepada lanjut usia yang mengalami tindak kekerasan baik dalam pelayanan Panti
maupun dalam keluarganya. Tujuannya untuk melindungi lanjut usia dari hal-hal
yang tidak di inginkan yang menyebakan lanjut usia menjadi korban pihak-pihak
tertentu yang kurang bertanggung jawab.
2.3 Aspek Sosial dan Budaya Lansia
Pembangunan di segala bidang
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik, dan usia harapan
hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia makin bertambah. Untuk
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama
masyarakat telah digerahkkan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam
bentuk :
1
Perlindungan sosial.
2
Bantuan sosial.
3
Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
4
Pelayanan kesehatan.
5
Pemberdayaan lanjut usia agar mereka
siap didayagunakan sesuai kemampuan masing-masing.
6
Mendorong agar lanjut usia bergabung
dengan organisasi sosial atau organisasi lanjut usia atau organisasi masyarakat
lainnya.
Di samping perbaikan di bidang
kesejahteraan sosial, arus globalisasi di bidang komunikasi, informasi,
transportasi, dan pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis
budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar anggota keluarga
mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan
keluarga semakin melemah dalam keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga
kecil, terlebih-lebih dalam masyarakat industri dimana lanjut usia terpisah
dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam kesepian.
Dengan demikian, budaya “Tiga generasi dibawa satu atap” makin sulit
dipertahankan, karena ukuran rumah didaerah perkotaan yang sempit, sehingga
kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.
Menggabungkan diri dengan organisasi
sosial dan organisasi kemasyarakatan belum membudaya dan melembaga, sehingga
pembinaan terhadap lanjut usia secara kelompok sulit dilakukan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan upaya khusus yang dasarnya telah
dirumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia dan tambahan lembaran Negara Nomor 3796.
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual,
yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang
memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia. Menurut Undang-undang
no. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial (masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa) meliputi:
pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan
kesempatan kerja, pelayanan pendidikan dan pelatihan, pelayanan untuk mendapat
kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, pemberian
kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum, bantuan sosial.
Dan untuk yang tidak potensial meliputi
: pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan
untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana
umum, pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial.
Ini adalah bentuk perlindungan sosial dan bantuan sosial dari pemerintah dan
atau masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga
berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,dan kondisi fisiknya,
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya ini bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif,
terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai
budaya dan kekerabatan bangsa indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai permasalahan sosial yang
berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain permasalahan
umum : masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada di bawah garis kemiskinan,
makin melemahnya nilai kekerabatan, lahirnya kelompok masyarakat industri,
masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
dan masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi
lanjut usia dalam berbagai bisdang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut
usia, belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut
usia. Disamping itu menurut Departemen Sosial Republik Indonesi (1998), ada
beberapa permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia
yang salah satunya adalah berlangsungnya Aging proses, yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang
menyebabkan penurunan peran sosialnya dan dapat menjadikannya lebih tergantung
kepada pihak lain. Aging proses membawa banyak perubahan pada badan/jasmani,
jiwa, social.
Jika dilihat dari aspek sosial dan
budaya begitu banyak permasalahan yang timbul dan membutuhkan penanganan dari
berbagai bidang dan melibatkan berbagai kelompok profesional, yang salah
satunya adalah keperawatan ,yang merupakan bagian integral dari kesehatan yang
mempunyai ilmu dan kiat-kiat tertentu didalam ikut bertanggungjawab
meningkatkan kesejahteraan sosial usia lanjut. Kesehatan dalam pengertian UU
no. 13/1998 adalah Keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan
adanya undang-undang
no. 13 / 1998 adalah merupakan suatu kekuatan yang menjadi dasar untuk bekerja
dan ini tentu perlu berkordinasi dengan departemen terkait yang menangani masalah lansia tersebut.
2.4 Teori tentang Proses menua
Sebelum membahas tentang teori tentang
proses menua, terlebih dahulu diberikan batasan mengenai lanjut usia, menurut
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Lanjut Usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
2.4.1 Teori Biologis
a. Teori
Genetik dan Mutasi
Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian
dan Rusak
Kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimune
Pada
proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori
Stres
Menua
terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori
Radikal Bebas
Tidak
stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti
karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
2.4.2 Teori Sosial
a. Teori
Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Teori
Pembebasan
Dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan
ganda yakni:
a) Kehilangan
peran
b) Hambatan
kontrol sosial
c) Berkurangnya
komitmen
d)
Teori Kesinambungan
Teori
ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a) Lansia
tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,
akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang
harus dipertahankan atau dihilangkan.
b) Peran
lansia yang hilang tak perlu diganti.
c) Lansia
dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
2.4.3 Teori Psikologi
a. Teori
Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap
individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh
perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari
kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori
Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun
sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai
dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap
dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan
ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental.
2.5 Perubahan Perubahan Yang Terjadi
Pada Lansia
2.5.1 Perubahan fisik
a. Sel
: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler
b. Persarafan
: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk
meraksi, mengecilnya saraf panca indra
sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
c. Sistem
penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis
dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris,
lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem
Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, tekanan darah meningg.
e. Sistem
respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f.
Sistem gastrointestinal : kehilangan
gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya
iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80%, kemudian
hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem
genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran
prostat, 75% doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi
sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun,
sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem
endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i.
Sistem integumen : pada kulit menjadi
keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam
telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j.
Sistem muskuloskeletal : tulang
kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi
berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan
atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak.
Otot kram dan tremor.
2.5.2 Perubahan Mental
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental adalah :
a. Perubahan
fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan
umum
c. Tingkat
pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
·
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan
jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan
jangka
pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
·
Intelegentia Quote :
a. Tidak
berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal
b. Berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
2.5.3 Perubahan Psikososial
a. Pensiun
: nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan
b. Merasakan
atau sadar akan kematian
a. Perubahan
dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
2.6 Masalah masalah yang sering terjadi pada
Lanjut usia
a). Masalah
gizi
1) Gizi
Berlebihan
Kebiasaan
makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada
lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.
Kebiasaan makan tersebut sukar diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah
tinggi.
2) Gizi
Kurang
Gizi
kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun
kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.
3) Kekurangan
Vitamin
Bila
konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.
b). Resiko
cedera (Jatuh)
Jatuh
akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha atau
pergelangan tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri dan immobilisasi dengan
segala akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat diidentifikasi serta tak
sedikit hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak terjadi / tak terulang.
1) Faktor
Resiko Internal
Gangguan
penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga, obat golongan
Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra cervikal, gangguan aliran darah
otak, artritis, lemah otot tungkai, hipotensi postural, pnemoni, penyakit
sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).
2) Faktor
Resiko Eksternal
Turun
tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin, kain atau celana
terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi atau terlalu rendah,
kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang, tempat kaki kursi roda, WC jauh
dari kamar, WC terlalu rendah.
3) Tindakan
ü Identifikasi
faktor resiko
ü Perhatikan
kelainan cara berjalan/duduk
ü Romberg
test
ü Uji
keseimbangan sederhana
ü Berkurangnya
lebar langkah
ü Modifikasi faktor resiko internal.
c. Delirium
Salah
satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakit tidak khas
sesuai dengan organ/ sistem organ yang sakit. Seringkali suatu penyakit
siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran walaupun sistem saraf
pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit susunan saraf pusat juga tetap
dapat muncul dalam bentuk gangguan kesadaran. Dengan demikian maka perlu
ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan – kelainan
sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi
berat.
Penyebab:
Stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia,
hipoksia dan putus obat.
Gejala:
Kurang perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran,
disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif,
hiperaktif.
Sikap:
- Sakit kepala / pusing dikaji dengan
cermat.
- Perhatikan keluahan penglihatan
- Atasi batuk pilek meriang secepatnya
Rencana tindak lanjut:
Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan berkemih, nafsu makan
berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin, pingsan sesaat.
d. Immobilisasi
Immobilisasi
atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan atrofi otot, dekubitus
dan malnutrisi serta pneumonia. Faktor resiko : Osteoartritis, fraktur, DC,
stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroidi, gangguan penglihatan, hipotensi
postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan
sesak nafas.
e. Hipertensi
Dari
banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan
tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena
sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit
jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan
oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.
Secara
nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan
pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1.
Hipertensi pada tekanan sistolik sama
atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
2.
Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan
sistolik lebih besar dari 190 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
3.1 DATA
UMUM:
Identitas Panti Werda:
a.
Nama
: UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar
di Tulungagung
b.
Alamat/kode
pos
: Jl. Panglima Jenderal Sudirman V/43
Tulungagung/66212
c.
Telepon : (0355) 331083
d.
Pembimbing
wisma :
Bpk. Sunu P Aks, Msi
e.
Dikelola oleh : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
3.2 DATA
INTI
Sejarah Berdirinya Panti Werda
UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung merupakan tempat yang melaksanakan
sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dibidang penyantunan,
rehabilitasi, bantuan, pengembangan dan resosialisasi. UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Blitar di Tulungagung didirikan pada tahun 1938 bersifat sebagai
pennampung sosial (gelandangan dan pengemis, wanita tuna susila, orang
terlantar) yang mana pada waktu itu bangunan belum permanen dan terbuat dari
anyaman bambu.
Pada tahun
1984 sampai sekarang pelayanan lebih difokuskan lagi pada lansia terlantar,
sedangkan pada tahun 1987 diadakan penataan panti dan perubahan menjadi Panti
Werda Waluyo Husodo. Pada tahun 2002 dengan adanya otonomi daerah, ditindak lanjuti dengan keputusan gubernur No.51 tahun
2003 tentang fungsi dan tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa
Timur berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Sosial (UPS) ada dibawah naungan PSTW
Wlingi Blitar. Dan dengan adanya PERGUB No.119 tahun 2008 tentang organisasi
dan tata kerja Unit Pelaksan Teknis Sosial Propinsi Jawa Timur. Maka pada tahun
2009 berubah lagi menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar. Dan di Tulungagung merupakan seksi bimbingan dan
pembinaan lanjut dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar.
Sebagai pencerminan dari UUD 1945 pasal 27
ayat 2 dan pasal 34, maka warga Negara yang sudah lanjut usia juga berhak
mendapatkan pengayoman dari pemerintah yang diwujutkan melalui pelayanan lanjut
usia/ jompo yang di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di
Tulungagung.
3.3 Data
Demografi
-
Jumlah
anggota : 80
orang lansia
-
Jumlah
pegawai di tempatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
ada 24 yang terdiri dari :
1.
Kepala
seksi : 1 orang
2.
Staf
panti :
15 orang
3.
Juru
masak : 2 orang
4.
SAT-POL
PP : 3 orang
5.
Pembimbing
: 1 orang
6.
Pesuruh
:
1 orang
7.
Tukang
kebun : 1 orang
-
Luas
tanah/status : 9.170 m2
-
Luas
bangunan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung
-
Total
:
2.083,85 m²
-
Kantor
: 78 m²
-
Ruang
aula : 320,85 m²
-
Ruang
ibadah : 49 m²
-
Wisma
: 1.476 m²
-
Dapur
: 104 m²
-
Rumah
dinas : 56 m²
3.4 Data Sub Sistem
1.
Lingkungan Fisik
a.
Sarana perumahan: Ruangan Dahlia, luasnya sekitar 150 m2 dengan lantai porselin
yang tidak licin namun seringkali berbau pesing karena ada beberapa lansia yang
tidak mampu menahan BAK sebelum sampai di kamar mandi. Penerangan di ruangan
tersebut cukup, ventilasi sangat memadai, namun kebersihan ruangan sangat buruk
di beberapa samping tempat tidur lansia.
b.
Pekarangan: Di sekitar ruangan Dahlia, terdapat pekarangan dan taman yang sudah
dapat tertata dengan baik. Di pekarangan terdapat tanaman sayur-sayuran seperti
terong, pepaya, dan pepohonan seperti mangga, jambu dan nangka.
c.
Sarana sumber air bersih: Sarana sumber air bersih di ruangan Dahlia memadai,
terdapat beberapa kran air yang mengalir air bersih untuk cuci tangan dan
mencuci piring.
d.
Sarana pembuangan sampah: Di ruang Dahlia, ada 3 tempat sampah yang
masing-masing tersebar di ruangan Dahlian. Seluruh sampah yang terkumpul akan
dibuang di tempat pembuangan akhir di ujung pekarangan sebelah utara.
e.
Sarana pembuangan kotoran manusia: Klien
yang ingin BAB dapat menuju WC yang berada dibagian tengah ruangan Dahlia
sehingga memudahkan lansia yang tempat tidurnya berada di bagian utara maupun
selatan.
f.
Sarana mandi: Kamar mandi sebanyak 3 buah yang berada di depan WC berada
dibagian tengah ruangan Dahlia sehingga memudahkan lansia yang tempat tidurnya
berada di bagian utara maupun selatan.
2.
Pelayanan kesehatan dan sosial
a.
jumlah petugas: 2 orang
b.
Pengalaman petugas mengikuti pelatihan kesehatan:
-
pernah: 2 orang
-
belum: 0 orang
-
jenis pelatihan: Basic Life Support
c.
kegiatan yang dilakukan
-
Posyandu lansia: setiap hari Rabu
-
Kegiatan kelompok: Senam setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Pengajian setiap
hari Jumat. Bimbingan Sosial setiap hari Kamis, ketrampilan setiap hari Selasa,
kerja bakti setiap hari Jumat.
Pengkajian
1. Identitas
Umum
Gambar 1.1 Jenis Kelamin Lansia di
Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Seluruh lansia di wisma Dahlia berjenis kelamin perempuan
Gambar 1.2 Umur Lansia di Wisma
Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 45% termasuk dalam kategori lanjut usia, 55% kategori lanjut usia tua
Gambar 1.3 Prosentase lama
tinggal di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 36% lansia tinggal kurang dari
1 tahun, 55% selama 1-5 tahun, dan 9% lebih dari 5 tahun.
2. Riwayat
Kesehatan
Gambar 2.1 Prosentase keluhan
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 55% lansia mengatakan tidak ada keluhan, 18% mengeluh pusing, 9%
mengeluh mata kabur, sulit tidur, dan nyeri sendi.
Gambar 2.2 Prosentase penyakit saat
ini lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 27% lansia menderita hipertensi, 28% tidak memiliki penyakit apapun,
18% asam urat, 9% menderita gatal, stroke, dan katarak.
3. Fisiologis
Gambar 3.1 Prosentase gangguan BAK
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 73% lansia tidak mengalami gangguan BAK dan 27% mengalami
inkontinensia urine.
Gambar 3.2 Prosente Frekuensi BAB
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 46% mengatakan BAB tidak teratur, 36% 1 kali sehari, dan 18% 2 hari sekali.
Gambar 3.3 Prosentase Gangguan BAB
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 64% lansia tidak mengalami gangguan BAB dan 36% mengalami konstipasi
Gambar 3.4 Frekuensi makan lansia
di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Seluruh lansia makan 3 kali sehari
Gambar 3.5 Prosentase jumlah makan
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 55% makan setengah porsi dan 45% makan 1 porsi
Gambar 3.6 Prosentase makan snack
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 91% lansia menikmati snack dan 9% tidak ada snack
Gambar 3.7 Prosentase frekuensi
minum lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 91% lansia minum >8 gelas dan 9% <8 gelas
Gambar 3.8 Prosentase jenis minum
lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 41% lansia lebih sering mengkonsumsi kopi, 33% mengkonsumsi air putih,
dan 18% lebih sering megkonsumsi air teh.
Gambar 3.9 Prosentase gangguan
pendengaran lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
Sebanyak 55% lansia tidak mengalami penurunan pendengaran dan 45% mengalami penurunan
pendengaran
Gambar 3.10 Prosentase gangguan
penglihatan lansia di Wisma Dahlia UPT PSLU Blitar
Catatan:
: Sebanyak 55% lansia tidak mengalami penurunan penglihatan dan 45% mengalami
penurunan penglihatan
4.Status Mental dan
Psikososial
Gambar 4.1
Diagram distribusi
lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat kerusakan intelektual.
Dari diagram diketahui 46% (5) lansia memiliki tingkat intelektual utuh,
36% (4) lansia memiliki tingkat kerusakan intelektual sedang, 18% (2) memiliki
tingkat kerusakan intelektual ringan.
(n: 11 lansia)
Gambar
4.2 Diagram
distribusi lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan aspek kognitif.
Dari diagram diketahui 46% (5) lansia memiliki gangguan kognitif berat,
54% (6) lansia tidak memiliki gangguan kognitif
(n: 11 lansia)
Gambar 4.3Diagram distribusi lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat emosional.
Dari diagram diketahui 36% (4) lansia memiliki gangguan emosional, 64%
(7) lansia tidak memiliki gangguan emosional
(n: 11 lansia)
Gambar 4.4
Diagram distribusi
lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat kecemasan.
Dari diagram diketahui 55% (6) lansia memiliki level minimal kecemasan,
45% (5) lansia memiliki gangguan kecemasan ringan.
(n: 11 lansia)
Gambar 4.5
Diagram distribusi
lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat depresi.
Dari diagram diketahui 18% (2) lansia terindikasi depresi, 82% (9) lansia
tidak terindikasi depresi
(n: 11 lansia)
5. Perilaku kesehatan
Gambar 5.1
Diagram distribusi
lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat perilaku kesehatan.
Dari diagram diketahui 18% (2) lansia kebiasaan minum teh, 46% (5) lansia memiliki kebiasaan
minum kopi, 36% (4) lansia memiliki
kebiasaan minum air putih
(n: 11 lansia)
6.
Kegiatan spiritual
Gambar 6.1 Diagram distribusi lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan kegitan spiritual.
Dari diagram diketahui 9% (1) lansia rutin shalat 5 waktu, 18% (2)
lansia rutin berdoa, 73% (8) lansia tidak beribadah (shalat 5 waktu/berdoa)
(n: 11 lansia)
7.
Interaksi sosial
Gambar 7.1
Diagram distribusi
lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat interaksi sosial.
Dari diagram diketahui 9% (1) lansia memiliki interaksi social kurang,
36% (4) lansia memiliki interaksi social cukup, 55% (6)lansia memiliki
interaksi social baik
(n: 11 lansia)
8.
Pengetahuan kesehatan (pengertian,
penyebab, dan pencegahan)
Gambar 8.1
Diagram distribusi
lansia wisma Dahlia
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan.
Dari diagram diketahui 100% (11) lansia tidak mengetahui tentang
pengetahuan kesehatan.
(n: 11 lansia)
ANALISA DATA
No
|
Data fokus
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
2.
|
DS:
Dari
11 lansia yang tinggal di wisma dahlia:
· Pembimbing
wisma mengatakan terdapat 3 lansia yang
sering mengompol dan BAK sebelum sampai di kamar mandi.
DO:
· Bau
yang menyengat sering muncul di ruangan lansia
DS:
Seluruh
lansia di wisma dahlia mengatakan tidak tahu saat ditanya tentang nama,
penyebab dan pencegahan penyakitnya.
DO:
Lansia
tampak bingung saat ditanya oleh perawat tentang penyakitnya
|
Inkontinensia urgensi
Kurang pengetahuan
|
Ketidakstabilan
detrusor
Kurang
terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber
informasi.
|
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Inkontinensia urgensi b/d
Ketidakstabilan detrusor
2.
Kurang pengetahuan b/d Kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Inkontinensia
urgensi b/d Ketidakstabilan detrusor
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, klien tidak mengalami inkontinensia urgensi.
Kriteria hasil: klien dapat mencapai
toilet saat ingin berkemih.
Intervensi:
1. Kaji
kemampuan, pola, dan jadwal klien berkemih
Rasional: sebagai data dasar perawat
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Tetapkan
jadwal eliminasi berdasarkan jadwal berkemih.
Rasional: untuk mengantisipasi agar
klien tidak mengalami inkontinensia
3. Tekankan
bersama staf tentang pentingnya memenuhi jadwal eliminasi
Rasional: membantu mengingatkan klien
tentang jadwal eliminasi.
4. Ajari
klien untuk melakukan latihan otot panggul dan beri instruksi tertulis tentang
jumlah pengulangan yang dianjurkan
Rasional: latihan otot panggul dapat
melatih kestabilan detrusor.
5. Berikan
penyuluhan tentang minuman yang harus dihindari (kafein, alcohol, dan teh)
Rasional: untuk mengurangi efek deuretik
pada klien
6. Ajarkan
klien menahan mikturisi secara aktif
Rasional: untuk menghindari inkontinensia urgensi.
2.
Kurang pengetahuan sehubungan dengan
kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal
sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, penyebab dan pencegahannya.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, penyebab dan pencegahannya.
Kriteria hasil :
-
Klien dapat menyebutkan pengertian
penyakitnya
-
Klien dapat menyebutkan penyebab dari
penyakitnya
-
Klien dapat menyebutkan
tindakan-tindakan pencegahan penyakitnya
Intervensi Keperawatan:
a)
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang penykitnya
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan
klien tentang penyakitnya
b)
Beri pendidikan
kesehatan tentang penyakitnya meliputi pengertian, penyebab dan pencegahan
terhadap penyakitnya
Rasional :memberi
informasi untuk klien agar dapat meningkatkan pengetahuan klien dan
meningkatkan derajat kesehatan klien
c)
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya tentang hal-hal
yang belum diketahui.
Rasional : Untuk
meningkatkan pemahaman klien tentang penyakitnya
d)
Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada klien
dengan memberikan pertanyaan ulang kepada klien
Rasional
:mengetahui apakah klien sudah benar-benar mengerti tentang penjelasan yang
diberikan.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan kelompok khusus
pada lansia yang dilakukan selama 3 minggu di UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut
Blitar di Tulungagung mulai tanggal 2-21 September 2013, dengan kegiatan
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan lansia yang ada di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung. Berdasarkan pengkajian kesehatan yang
kami lakukan pada kelompok lansia di wisma dahlia, didapatkan masalah sebagai
berikut : dari 11 lansia yang tinggal di wisma dahlia didapatkan sebanyak 27%
atau sebanyak 3 mengalami inkontinensia urine, 100% atau 11 lansia tidak
memiliki pengetahuan tentang kesehatan. Dari beberapa masalah diatas dapatkan
prioritas masalah sebagai berikut yaitu:
3.
Inkontinensia urgensi b/d
Ketidakstabilan detrusor
4.
Kurang pengetahuan b/d Kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi.
4.2 Saran
Agar Asuhan Keperawatan yang diberikan ini dapat
bermanfaat, maka asuhan keperawatan ini ditindak lanjuti secara terus menerus.
Tindak lanjut yang dilakukan dapat berupa evaluasi yang terus menerus sehinggga
bisa mengetahui perubahan perilaku, pengetahuan, ketrampilan dari lansia dalam
mengoptimalkan kehidupan yang sehat yang dapat meningkatkan kesehatan,
kebersihan kesejahteraan, dan kualitas hidup lansia. Dalam hal ini tentunya
tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan serta kerja sama dari semua pihak
baik dari pengelola UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Blitar di Tulungagung
maupun Dinas atau sektor yang terkait seperti Dinas Sosial, Puskesmas, Dinas
Kesehatan maupun Dinas terkait lainnya.
Terimakasih atas informasinya, ini sangat membantu
BalasHapus|
Cara Mengobati Kista|
BalasHapuswebsite bagus. Butuh motor hubungi kami. Jika mas mau beli motor baru dan tinggal di area Tulungagung,Kediri dan Trenggalek. Bisa wa kami 085 872 760 350